Tiga dari lima warga Palestina peserta program pelatihan diplomat muda di Kementerian Luar Negeri Indonesia belajar keberagaman tradisi dan budaya di Majalengka dan Cirebon, Jawa Barat. Kunjungan diharapkan mampu memupuk dan menciptakan rasa kebersamaan mereka, selaku duta Palestina, yang sampai saat ini tecerai-berai.
Kunjungan mereka didampingi Kepala Bidang Diklat Struktural dan Kerjasama Lembaga Diklat Kementerian Luar Negeri Arko Hananto Budiadi bersama perwakilan Kedutaan Besar Palestina Taher Hamad. Selama dua hari, 10-11 April 2010, mereka berkunjung ke sejumlah tempat di Cirebon dan Majalengka.
Kunjungan mereka didampingi Kepala Bidang Diklat Struktural dan Kerjasama Lembaga Diklat Kementerian Luar Negeri Arko Hananto Budiadi bersama perwakilan Kedutaan Besar Palestina Taher Hamad. Selama dua hari, 10-11 April 2010, mereka berkunjung ke sejumlah tempat di Cirebon dan Majalengka.
Di Cirebon, mereka mengunjungi keraton, sentra batik trusmi, dan sentra industri rotan, serta berdiskusi dengan sejumlah pemuka agama yang berdiskusi di Fahmina Institute. Dari diskusi itu, pemuda Palestina melihat dan mendengarkan upaya kebersamaan yang tercipta dari masyarakat yang punya perbedaan ras dan agama.
Sementara di Majalengka, Abdallah Barghauthi (26) bersama kedua temannya melihat pembauran kehidupan seniman dengan usaha serta kegiatan sehari-hari warga desa. Salah satunya, memadukan industri genting rakyat dengan kesenian musik, yaitu menjadikan genting dan tembikar menjadi alat perkusi, di Jatiwangi Art Factory (JAF).
Arko menjelaskan, sejak tahun 2007, Pemerintah telah membuka program capacity building, untuk 1.000 warga Palestina, sampai tahun 2013. Hingga 2010, baru 125 pemuda yang telah mengikuti program itu. Bukan hanya pemerintah yang terlibat, tetapi juga pihak swasta, untuk memberikan pelatihan dan keterampilan yang berguna bagi mereka di Palestina.
“Indonesia selalu mendukung Palestina, salah satu bentuknya memberikan pelatihan keahlian. Bentuk lain menunjukkan keragaman budaya dan tradisi yang mengarah pada kerukunan antaragama,” kata Arko. Sementara Direktur JAF Arif Yudi mengatakan, konsep yang ditawarkan JAF adalah menciptakan kesepahaman melalui seni.
Diakui Bambang Subarnas dari Network Communication, konsultan program, JAF sengaja dipilih karena konsep residensinya tak hanya mengenalkan tapi sekaligus mengajak warga dan seniman mengalami budaya yang ada. Sebagai warga Palestina, Abdallah mengatakan senang sekaligus bangga dengan toleransi dan keragaman budaya tradisi di Indonesia. Salah satunya di Cirebon dan Majalengka.
“Saya akan membawa ini (keharmonisan) antarwarga ke Palestina yang belum merdeka. Di sana, antarwarga Palestina sebenarnya tidak konflik, meski di sana juga ada warga yang beragama Katholik, Kristen, dan Orthodok,” ujar Abdallah.
Sumber : (THT/KOMPAS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon Tuliskan Meskipun 1 Paragraf