Dunia Islam tak hanya mampu melahirkan sederet ilmuwan terkemuka pada masa keemasan. Di era modern pun, dunia Islam memiliki begitu banyak ilmuwan penting, yang kiprah dan dedikasinya telah diakui dunia.
Salah seorang ilmuwan penting yang dimiliki umat Islam di zaman modern adalah Sultan Bashiruddin Mahmood. Ia seorang ahli nuklir dari Pakistan. Bashiruddin terlahir pada 1938 di Amratsar, India. Ketika berusia 9 tahun, ia bersama keluarganya hijrah ke Pakistan setelah negara itu meraih kemerdekaan dari Inggris pada 1947.
Bashiruddin berasal dari keluarga tak berpunya. Ayahnya hanya seorang pekerja sosial yang miskin di Lahore, Pakistan. Kemiskinan tak membuat sang ayah abai akan pendidikan anaknya. Dengan penghasilan pas-pasan, ayahnya menyekolahkan Bashiruddin dengan sekuat tenaga.
Dukungan dan dorongan sang ayah tak disia-siakan Bashiruddin. Semenjak belia, ia memang tergolong anak berotak encer. Bashiruddin amat tertarik dengan dunia pengetahuan. Ia berbeda dengan anak-anak sebayanya yang kurang peduli dengan pendidikan.
Dia bahkan rela berjalan kaki berkilo-kilometer tanpa mengenakan sepatu menuju sekolah, demi mengejar cita-citanya menjadi seorang ilmuwan. Melihat semangat belajarnya yang menggebu, sang ayah pun menyekolahkan Bashiruddin di Sekolah Pemerintah Lahore - sekolah terbaik pada masa itu.
Berkat kecerdasannya yang luar biasa, Bashiruddin pun mendapatkan beasiswa dari pemerintah dan bisa melanjutkan pendidikannya di University of Engineering & Technology, Lahore. Seusai menuntaskan pendidikannnya di program studi Teknik Elektro, awal 1960, Bashiruddin bergabung dengan Pakistan Atomic Energy Commission (PAEC).
Kemudian dia mendapatkan gelar master Nuclear Engineering dari The University of Manchester, Inggris. Ia terus mengasah keahliannya di bidang Nuclear Engineering (Teknik Nuklir) dengan melanjutkan studinya di Nuclear Technology Eduaction Consortium di Manchester.
Melihat potensi dan kecerdasan Bashiruddin, Pemerintah Inggris memintanya bekerja di negara tersebut dengan berbagai tawaran yang menggiurkan. Namun, kecintanannya yang begitu tinggi kepada Pakistan, berbagai tawaran menarik itu pun ditolaknya. Ia memutuskan kembali ke negaranya dan mendedikasikan diri bekerja di PAEC.
Pada awal 1970, Bashiruddin berhasil menemukan sebuah alat untuk mendeteksi kebocoran air atau heavy water leaks pada fasilitas pengembangan nuklir yang disebut SBM Probe (SBM merupakan singkatan dari namanya). Kebocoran air berat merupakan masalah yang sering terjadi pada fasilitas pengembangan nuklir di seluruh dunia.
Hasil penemuannya di dunia nuklir sangat berpengaruh terhadap kariernya. Bahkan, hasil penemuannya tersebut masih digunakan oleh negara-negara pengembang nuklir saat ini. Pada 1974, dia menjadi Direktur proyek pengayaan uranium di bawah PAEC atas permintaan pemerintah Pakistan.
Kemudian, ia membangun laboratorium untuk memproduksi Low-Enriched Uranium (LEU) maupun Highly Enriched Uranium (HEU). Dia juga mendesain dan mendirikan Nuclear Fuel Factory. Kemudian dia menjadi direktur jenderal Nuclear Power of PAEC dari 1996 hingga 1998.
Ambisi Bashiruddin untuk memperkaya uranium dipicu tindakan India yang meluncurkan nuklirnya pada 1974. Ia melihat hal itu sebagai ancaman terhadap negaranya, Pakistan. Bashiruddin dikenal sebagai orang yang sangat nasionalis. Sehingga dia tidak membiarkan negaranya menghadapi ancaman keamanan dari negara-negara lain.
Setelah pensiun dari jabatannya sebagai dirjen Nuclear Power of PAEC, Bashiruddin mendedikasikan dirinya dalam bidang kemanusiaan seperti pengadaan makanan, kesehatan, dan pendidikan.
Berkat dedikasi dan pengabdiannya, Bashirudidn dianugerahi sejumlah penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri. Pemerintah Pakistan meng anu gerahinya Sitara-i-Imtiaz (Star of Excellence) atas sumbangannya terhadap ilmu fisika dan nuklir pada 1998.
Sitara-i-Imtiaz merupakan penghargaan yang diberikan pemerintah Pakistan bagi warganya yang berjasa dalam bidang literatur, seni, kedokteran, dan ilmu pengetahuan. Penghargaan ini biasanya diberikan pada saat hari kemerdekaan Pakistan.
Pada tahun 1998, dia juga mendapatkan medali emas dari Pakistan Academy of Sciences atas sumbangannya terhadap ilmu pengetahuan. Terlebih lagi, ilmu pengetahuan itu berguna bagi kemakmuran umat manusia. Pada tahun yang sama, dia juga mendapatkan medali emas US dari US Institute of Historical Biographies.
Sesungguhnya, nuklir itu memiliki dua sisi positif maupun negatif, tergantung bagaimana manusia menggunakannya. Selama energi nuklir dipergunakan untuk hal-hal positif seperti pengembangan tenaga listrik dari nuklir itu tidak masalah. Namun, nuklir akan berakibat fatal jika digunakan untuk menyerang negara-negara lain di dunia.
Karya-Karya Sang Ahli Nuklir
Selain ahli dalam bidang nuklir, Bashiruddin juga aktif menulis buku, baik buku tentang Islam maupun tentang ilmu pengetahuan. Dia terkenal sebagai orang yang relijius dalam dunia akademisi Pakistan.
Bashiruddin telah menulis 15 buku tentang Islam. Beberapa bukunya yang terkenal antara lain, Doomsday and Life After Death (Hari Kiamat dan Hidup Setelah Mati) yang berisi interpretasi hari kiamat berdasarkan penjelasan ilmiah menurut Al-Qur'an. Dia juga menulis buku berjudul Muhammad: The First & the Last Cosmology and Human Destiny ( Muhammad: Kosmologi Pertama & Terakhir dan Takdir Manusia). Dia juga menulis tafsir Al-Qur'an yang dipublikasikan pada 2005.
Beberapa karyanya yang lain antara lain: Kitab e Zindagi, Mawara, Taseer ul Bayan, Qiyamat or Hayat Bad al Mot, Quran Aik Sciency Mojza, Talash e Haqeeqat, Al fozul Azeem, Qiyama key Motalik Heyrat angez Peshgoiyan, Qiyama key Motalik Heyrat angez Sciency Mushahidat o Tajrbat, First and the Last, Children Rhymes, Our Journey Through Time and Space, Qur’an Pak, Pahliy or Akhriy Haqeeqat, serta Dharhi.
Selain aktif menulis, dia juga mengetuai Dar-ul-Hikmat International, sebuah LSM didirikannya pada 1987. Dar-ul-Hikmat didirikan untuk mengembangkan riset hubungan antara Al-Qur'an dengan penemuan ilmiah modern. Dia juga aktif dalam proyek-proyek kemanusiaan seperti makanan, kesehatan, dan pendidikan apalagi sejak terjadinya bencana gempa di Pakistan pada Oktober 2005.
Kepedulian Bashiruddin terhadap kepentingan umat manusia tidak hanya ditujukan kepada masyarakat umum. Bahkan dia juga peduli terhadap kehidupan para narapidana di Pakistan. Dia menginginkan para narapidana di negaranya bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik, begitu menghirup udara bebas.
Ia lalu membentuk kelompok informal sesama narapidana untuk belajar bersama. Dia juga membangun perpustakaan-perpustakaan yang bukunya melimpah ruah sebagai media belajar para narapidana. Selain itu, Bashiruddin juga membantu orang-orang yang tidak bersalah supaya bisa keluar dari penjara.
Sejumlah pencapaian yang berhasil dilakukan sang ahli nuklir itu antara lain:
* Menyelesaikan sejumlah proyek atom di Pakistan.
* Mendirikan Kahuta Nuclear Enrichment Program di Pakistan pada 1974.
* Mendesain dan membangun Khushab Nuclear Power Plant, ini merupakan satu-satunya Nuclear Power Plant yang dibuat oleh seorang ahli dari dunia Muslim untuk memproduksi Plutonium and Tritium.
* Melakukan berbagai penemuan di bidang teknologi nuklir yang penting bagi perkembangan dan pemanfaatan nuklir.
* Aktif dalam menyebarkan teknologi nuklir untuk dimanfaatkan secara damai bagi kepentingan manusia seperti untuk kegiatan kedokteran, pertanian, maupun industri.
* Manjadi pionir dalam melakukan riset yang menghubungkan antara Al-Qur'an dan ilmu pengetahuan.
* Ketua Holy Qur’an Research Foundation, di Islamabad. dya/taq
Sumber : http://jelajahunik.blogspot.com/2010/04/sultan-bashiruddin-ahli-nuklir-muslim.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon Tuliskan Meskipun 1 Paragraf